Menyoal Lemahnya Partai Politik -->

Kategori Berita

Senin, 14 April 2025

Iklan Semua Halaman

Menyoal Lemahnya Partai Politik

Wednesday, March 11, 2015


Melihat upaya penguasa terhadap partai koalisi Indonesia Hebat, dimulai dari PPP, PAN kemudian Golkar menunjukkan lemahnya Partai Politik yang lahir dari ambisi tak terkendali dan tanpa metode yang jelas.
Kita mengetahui benar, Golkar dan PPP, yang merupakan parpol lama, mampu diobok-obok dengan strategi manis ala kubu penguasa. Lihat saja, yang terakhir Golkar, gugatan kubu Ancol berhasil dimenangkan, dan membuat kubu yang sebenarnya "asli" di Munas Bali, harus dikalahkan.
Selain itu, kita juga masih teringat jelas PPP. Kubu Romy, memaksa kubu Djan Faridz atau Suryadharma Ali, harus saling berjibaku dengan internal mereka. Meskipun PTUN memenangkan kubu Djan Faridz. Atau memang kubu PAN, tatkala di episode terakhir Amien Rais, yang masih punya "cakar" di dalam partai mampu membelot ke kubu Zulkifli Hasan dan membuang kesetiaan kepada Hatta Radjasa, meskipun memang selisih suara tipis diantara keduanya.
Kenapa bisa demikian? karena partai-partai tersebut lahir bukan karena kesadaran ideologi, tetapi kekuasaan belaka. Sehingga penokohan pun jadi hal yang utama daripada AD/ART partai yang tak lebih bisa disalah artikan.
Partai Politik tak lebih daripada sekolahan untuk menjadi politikus, bukan sebuah kelompok yang menggagas upaya mengurusi ummat, mengkritik dan memberi saran kepada para penguasa. Sehingga jangan heran, pada akhirnya partai politik dijadikan sebagai upaya penguasaan harta, tahta dan permainan cinta belaka. Bukan sebagai perantara untuk melayani ummat.
Saran untuk mereka yang berusaha membentuk partai politik, silakan baca buku Pembentukan partai politik karya Syaikh Taqiyuddin An-nabhani. Jika enggan bersusah payah, silakan bergabung bersama hizbut tahrir Indonesia. Sebuah partai politik islam internasional.
Rizqi Awal,
twitter: @rizqiawal1