Merajut Ukhuwwah Dalam Dakwah. -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Merajut Ukhuwwah Dalam Dakwah.

Wednesday, May 25, 2016

Kadang perbedaan itu membuat persaudaraan menjadi permsuhan. Tak sekedar memberi luka, tapi juga sengatan tajam yang goresannya terkadang sulit untuk dihilangkan. Yang membuat urusan rumah antar penghuninya saling berseberangan, yang membuat tetangga tak pernah akur, yang membuat kompleks menjadi risau.

Padahal semua berjalan dalam satu tujuan besar, yang bila dicari muaranya akan bertemu pada ketaatan totalitas, yang berharap dihimpun dalam surga dipertemukan dengan Rasulullah SAW dan berakhir manis dengan perjumpaan sang pencipta.

Sebaik pemberi contoh adalah Rasulullah SAW, ia membuktikan bagaimana rajutan ukhuwwah dalam dakwah itu mempesona. Ia membuat tiada ikatan antara Umar ra dengan Bilal ra., Meskipun dari strata saat Jahiliyyah mereka berbeda. Atau ketika Rasulullah saw, menunggu di Aqobah, kehadiran perwakilan orang-orang madinah. Selepas dari baiat itu, persaudaraan mereka menjadi utuh penuh makna.

Bahkan kita pernah terperangah, saat Kaum Quraisy melakukan "embargo" kepada ummat muslim di mekkah. Pelarangan yang membuat ummat islam tak bisa melakukan jual beli dengan orang-orang kafir, pernikahan yang dihambat, bahkan sepertinya untuk hidup pun ummat islam meronta rintih. Tapi karena ukhuwwah, Dakwah telah merendahkan hati milik abdurrahman bin auf ra, hingga ia menyerahkan segenap hartanya untuk ummat islam.

Atau mungkin kita belajar dari pahitnya lisan kisah membuat hati kita menangis, tatkala hanya karena menurut Abu Dzar ra. amanah tak dijalankan sempurna oleh Bilal ra, maka tercetuslah ucapan tak pantas dari lisannya,
"Hai Anak Budak Hitam!"
Mendengarnya perih. Ucapan dari sahabat yang juga berjuang dalam dakwah. Hingga didengar ucapan itu oleh Rasulullah SAW, maka merah wajahnya, sembari tuturnya keluar keras mengingatkan, "Sungguh dalam dirimu masih ada Jahiliyyah."

Abu Dzar ra tersentak, badannya gemetar, dan seakan-akan langit runtuh menimpa dirinya. Sembri ia rebahkan dirinya ke tanah sembari ia basuh tubuhnya dengan tanah, sembari ia memohon kepada Bilal untuk menghardiknya dengan tangan atas luka persaudaraan yang sempat ia buat.

Bilal ra. bicara. Nadanya rendah, menahan amarah, dan rasa ukhuwwah lebih besar daripada masalah, sembari ia berkata,
"Aku telah memaafkanmu ya Abu Dzar. Biarlah ini tersimpan diantara banyaknya amalan kelak sebagai peneman kebaikan untukku."

Sungguh ukhuwwah dalam dakwah itu adalah keutamaan. Bukankah kita berusaha di aliran sungai bernama islam, dengan kendaraan masing-masing menuju muara yang sama. Dengan dakwah kita dipersaudarakan. Dengan dakwah kita diingatkan. Dengan dakwah kita dikontrol untuk menjaga hati, lisan dan tingkah kita agar mau tunduk kepada Allah SWT.

Ingatlah, setiap masalah yang kita tanggung itu begitu kecilnya. Sebab masalah terbesar itu adalah tidak diterapkannya islam dalam kehidupan di muka bumi ini secara menyeluruh. Itulah tugas kita. Berdakwah. Merangkainya membersamai ukhuwwah. Agar kelak kita ada hujjah dihadapan-Nya. Hujah yang akan membuat surga mendekat, Rasul SAW merindukan, dan Allah SWT membuka penghalang untuk berjumpa dengan hamba-Nya.

Rizqi Awal