Khilafah Arts Network: Menyongsong Matinya Era 'Seni untuk Seni' -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Khilafah Arts Network: Menyongsong Matinya Era 'Seni untuk Seni'

Friday, July 1, 2016

"Setelah aliran seni anything goes, maka seni untuk ibadah-lah yang akan mengambil alih", demikian menurut Aruman, MA, Dosen Seni Kriya ISI Yogyakarta,  setelah peluncuran website KHAT khilafaharts.net, di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta, sore 30/6.


Pandangan dasar seni anything goes adalah seni untuk seni. Maka apapun akan dilakukan untuk tujuan seni, termasuk pornografi, pornoaksi, dan lain-lain. Hal inilah yang bertentangan langsung dengan akidah Islam.

Deni Je, ketua KHAT mengungkapkan, "Di dalam akidah Islam, hidup itu untuk ibadah. Maka termasuk dalam berkesenian, harus dalam rangka ibadah kepada Allah SWT".

Aruman menjelaskan, "Seni liberal menjadi dominan sebab kapitalisme liberal yang menguasai dunia saat ini. Tapi kepemimpinan kapitalisme akan segera berakhir dengan bangkitnya Khilafah. Khilafah inilah peradaban yang akan mengayomi kesenian dan mengarahkannya untuk tetap ada dalam koridor Islam".

Acara ini menjadi spesial dengan kehadiran tokoh-tokoh nasional dakwah syariah dan khilafah seperti M.Ismail Yusanto (Jubir HTI), KH. M. Shiddiq Al Jawi dan Dwi Condro, Ph.D (anggota DPP HTI).

Hadir pula seniman senirupa kenamaan seperti Agus 'Baqul' Purnomo, Teguh Wiyatno , dan beberapa nama lain seperti Koen Pai, dan Andiy Qutuz Leonidaz. (erte)