Ustazdah Irena Handono: Padahal Ibu Rumah tangga itu pekerjaan mulia dan pendidikan yang utama -->

Kategori Berita

Rabu, 16 April 2025

Iklan Semua Halaman

Ustazdah Irena Handono: Padahal Ibu Rumah tangga itu pekerjaan mulia dan pendidikan yang utama

Sunday, March 19, 2017
Mantan biarawati menilai keliru jika para wanita lebih suka bekerja di kantor atau pabrik. Padahal Ibu Rumah tangga itu pekerjaan mulia dan pendidikan yang utama

Orangtua mana yang ingin anak-anaknya terjerumus ke lembah kenistaan dan kesesatan? Tak satupun orangtua di dunia ini menginginkannya. Jika pun ada, mungkin itu sebuah kegilaan.

Demikian salah satu kajian “Wahai Bunda Didiklah Aku dalam Islam” yang dibawakan oleh Pengasuh Majlis Ta’lim Al-Muhtadin dan Forum Komunikasi Lembaga Pembina Muallaf, Irena Handono belum lama ini.

Menurutnya, mendidik anak di era seperti ini dibutuhkan ekstra pengawalan. Jika perlu dari tidur hingga bangun tidur kita memantaunya.

Perilaku anak mayoritas ditentukan oleh seorang ibu. Sebab ibu-lah yang menurut banyak psikolog lebih mengerti sentuhan emosional anak.

“Ibu banyak meninggalkan pekerjaan utamanya mengurus anak. Andai memiliki baju bagus, tapi baju tersebut diletakan di lemari pembantu, bagaimana perasaannya? Tentu tidak ikhlas, bukan?” demikian ujar lulusan dari Seminari Agung (Institut Filsafat Teologia Katolik) ini.

Pendiri Irena Center ini mencontohkan, di dalam dunia yang kini penuh dengan modernisme, liberalisme dan sekulerisme, keberadaan seorang ibu saat ini terasa jauh bagi anak, bahkan seolah “tidak ada”.

Untuk mengurus anak saja seorang ibu saat ini sudah membutuhkan baby sitter.

Dalih ini yang dipakai kebanyakan ibu untuk melancarkan karirnya di luar. Padahal peran ibu di rumah tangga sangat dibutuhkan.
Mantan biarawati keturunan Thionghoa ini  menitipkan pesan moral para para ibu tentang mendidik anak.

Ia menganalogikan seorang anak bagaikan gaun yang sangat mahal dan mesti dijaga super ketat.

“Mahal mana, gaun dengan putra dan putri kita yang dipercaya oleh baby sitter? Anak jangan dititipi oleh orang yang ‘tidak terpelajar’,” ujarnya pada hidayatullah.com.

Kasus Jepang

Ia mencontohkan Negara Jepang adalah Negara yang pernah mengalami degradasi moral karena terkikisnya rasa nasionalismenya oleh Barat.

Bahkan kala itu Kimono sudah tidak dianggap lagi sebagai sebuah kebanggaan. Angka bunuh diri terus meningkat. Tapi seiring waktu berjalan dan daya pikir cepat, Jepang kini kembali dengan menerapkan bahwa ke rumah tangga adalah sebagai pahlawan. (shalihah.tribunislam.com)