Ujian Nasional Bukanlah Penilaian Akhir di Dalam Pendidikan Nasional -->

Kategori Berita

Rabu, 7 Mei 2025

Iklan Semua Halaman

Ujian Nasional Bukanlah Penilaian Akhir di Dalam Pendidikan Nasional

Thursday, March 24, 2016
Bagi sebagian besar anak Indonesia, Ujian Akhir Nasional seringkali menjadi momok menakutkan. Apa sebab? Karena seringkali orientasi penilaian akhir belajar dinilai pada apa yang disebut dengan Ujian Akhir Nasional. Dengan simpulan, nilai bagus akan melahirkan kepribadian bagus.

Pendidikan berbasis sekuler yang mendambakan karakter mulia hanya menjadi jargon semu. Harapan Ideal yang menginginkan hadirnya manusia unggul di berbagai aspek kehidupan serta poin ketaqwaan hanyalah seruan kosong belaka. Bagaimana mungkin, proporsi pendidikan berbasis agama dibandingkan tsaqofah ilmiah jauh adanya. Bahkan, kita menemukan fakta, bidang-bidang pendidikan tersebut terpisah dari Aqidah Islam.

Padahal belajar dari kejayaan islam, dunoa pendidikan telah menghasilkan banyak temuan dan penemu menawan dan menakjubkan. Baik dalam skill pengetahuan dan dalam tsaqofah agama. Henry Margenan dan David Bergamini dalam The Scienthis sebagaimana diolah oleh Jujun S. Surisumantri, telah mendaftar sederetan cabang ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan Ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya. Yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah ke dunia barat sebagai berikut:

Dalam bidang matematika, telah dikembangkan oleh para sarjan muslim berbagai cabang ilmu pengetahuan, sperti teori bilangan, al-jabar, geometri analit, dan trigonometri.

Dalam bidang fisika mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika. Dalam kimia, telah berkembang ilmu kimia.
Dalam bidang astronomi, kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit.

Dalam bidang geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslim telah mengembangkan Geodesi, Minerologi, dan meteorology. Dalam bidang biologi, mereka telah memiliki ilmu-ilmu Pisiologi, Anatomi, botani, zoology, embriologi, dan pathologi. Dalam bidang sosial telah pula berkembang ilmu politik.

Pada abad ke-10, di dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan tinggi bertaraf internasional. System pengajarannya pun terbilang moderen di jamannya. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut menyangga pilar-pilar peradaban Islam, karena mampu mensiptakan produk-produk budaya tinggi, seperti ilmu pengetahuan.

Kenapa dapat menghadirkan demikian? Karena pendidikan di dalam islam bukan dilihat pada orientasi nilai akhir tetapi juga proses pembelajaran. Pemerintah pun bukan berada dalam posisi perantara, tapi juga mengambil bagian dalam kontrol kurikulum, pengawasan terhadap kualitas para guru dan kesejahteraan mereka hingga keseriusan pemerintah islam dalam mengembangkan riset terutama untuk kepentingan masyarakat serta pertahanan dan bela negara.

Begitulah ketika Islam sebagai rahmatan lil alamin diwujudkan dalam bingkai khilafah rasyidah. Tentu, mereka yang berpikir maju dan mendambakan pendidikan bermutu akan mendukung sistem ini. Allahu'alam bisshowwab.

Akhukum,

Rizqi Awal
Pengurus Majelis Dakwah Islam Nusantara