
Pagi tadi saat mengantar anak-anak ke sekolah, di tempat parkir bertemu dengan guru saya. Seorang mantan rocker yang saat ini sudah mewakafkan hidupnya untuk dakwah. Ya, Ust. Hari Mukti. Meski tak begitu lama, pesan-pesan beliau sangat berkesan bagi saya. Salah satunya tentang “jebakan” dunia. Itu yang saya simpulkan dari obrolan bersamanya tadi pagi.
Beliau berpesan bahwa title sebagai Muslim dan pengemban dakwah jangan sampai pudar dalam aktivitas kita. Bolehlah kita dikenal sebagai public figur, tapi tetap identitas kemusliman dan dakwah jangan sampai hilang. Apalagi sampai melanggar syariat. Banyak orang yang sudah terkenal dan dikenal publik baik melalui sosial media, televisi maupun aktvitas mengsisi forum, bisa melalaikan seseorang dari tugas dakwah bahkan tidak sedikit yang melabrak hukum syara. Bisa jadi dengan ikhtilat (campur baur antara laki-laki dengan perempuan), akad-akad bisnis yang bathil, sampai khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis). Beliau juga berpesan, apa sih yang dicari di dunia ini jika hanya urusan harta dan kepopuleran?
Saya tertegun menyimak nasihat demi nasihat yang beliau sampaikan. Saya merenung, benar juga popularitas terkadang bisa menjerumuskan kita pada kemaksiyatan yang tidak kita rasakan itu salah. Bukan berarti tidak boleh populer, tapi kepopuleran lebih berpeluan dalam pelanggaran. Meski saya jauh dari populer, nasihat beliau seakan menusuk sampai ke tulang tubuh ini. Ya Allah, lindungilah hamba.
Beliau melanjutkan pesannya. Beliau berpesan bahwa yang mengantarkan kita ke Sorga itu bukan hasilnya. Tapi proses yang kita jalani. Bukan pinternya, tapi terus belajarnya yang menjadikan kita menuju Sorga. Bukan berapa hasilnyan, tapi terus menerus kita berjuang dan berusaha itu yang menjadi penjembatan kita dengan Sorga. Bukan bisanya, tapi upaya berlatihnya yang jadi penilai kebahagiaan kita di akhirat kelak. Kembali saya terdiam. Hanya menunduk dalam dan mengangguk mengiyakan.
Betul, dunia terkadang sering menjebak kita. Menjebak kita pada mendapatkan kesenangannya tanpa mempertimbangkan perintah dan larangan Allah dalam hal yang kita lakukan. Kedua, menjebak kita dalam fokus pada hasil. Padahal belum tentu kita mendapatkannya.
Maha Benar Allah yang telah berfirman: “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Berhati-hatilah dengan kesenangan dunia, hati-hati dengan “jebakan” dunia. Dunia memang bukan untuk kita tinggalkan dan lupakan. Tapi untuk kita nikmati tapi ingat jangan sampai memperdayakan kita. Dua pesan penting di atas saya dapatkan pagi ini. Terima kasih Ustadz Hari. Semoga Allah memberkahi usaha, harta juga keluarga Ustadz. (Asep Supriatna)