Gaya Pacaran Remaja Urban Semakin Parah! Indonesia Sekarat -->

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Gaya Pacaran Remaja Urban Semakin Parah! Indonesia Sekarat

Monday, May 12, 2014
Saya sempat shock, tertegun, dan mata saya berkaca-kaca saat menonton acara Mata Najwa di Metro TV yang menghadirkan Tri Rismaharini – walikota Surabaya - sebagai tamu acara talk show yang tayang tanggal 12 Februari 2014. Bukan Risma mau mundur dari kursi walikota yang membuat saya menangis, tetapi dialog antara Risma dengan seorang pelacur tua berusia 60 tahun. Sepenggal dialog itu diawali dengan pertanyaan Risma kepada sang pelacur : ibu sudah tua gini, lantas siapa yang jadi pelanggan ibu ?” sang pelacur itupun menjawab : “anak-anak SD dan SMP bu.., hanya mereka yang mau membayar saya 1000-2000 Rupiah.” Bayangkan. Anak SD dan SMP sudah berhubungan badan dengan seorang  pelacur.

Selang tiga hari kemudian, saya mengalami shock yang lebih parah saat membaca postingan mbak Baby Jim Aditya di Facebook, seorang psikolog seksual yang sekaligus aktivis anti HIV/AIDS. Dalam postingan itu, mbak Baby menguraikan betapa mengerikan dan mengkhawatirkannya perilaku seksual anak-anak urban Indonesia, terutama mereka yang laki-laki. Sekolah yang seharusnya menjadi wadah pembelajaran dan pencerdasan anak-bangsa berubah fungsinya menjadi tempat kekerasan seksual. Sedihnya, kekerasan seksual itu didemonstrasikan tanpa pengawasan. Guru dan orang tua tidak tahu atau tidak mau tahu.
Karena pentingnya masalah ini, saya kutip secara utuh postingan dari Baby Jim Aditya itu, yang diberi judul “PK (Penjahat) Kelamin di Usia SMP”, sebagai berikut :
“Seorang remaja perempuan, kelas 7 mengirim BC/Broadcast Message yang dikirim juga kepada saya sebagai temannya di BB. Saya tahu betul, anak ini adalah remaja SMP yang tiga bulan lalu pernah mendapat penyuluhan saya. Ketika itu lagi panas-panasnya video mesum murid sebuah SMP, sehingga saya hampir tiap hari berkeliling ke beberapa SMP untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja.
Supaya jelas, berikut saya kutipkan sesuai aslinya (mohon maaf kalau Anda harus mengerutkan dahi membacanya….namanya juga bahasa alay…)
“ Buat lo, lo, lo, yang pacaran Cuma mau ngewe doang ALIYAS PK (PENJAHAT KELAMIN)!!! Mikir deh kenapa engga ke r****, hah…. Oiya gua tau gak mampu bayar jablay smpe pacaran cuman mau ngwee doing? Kenapa harus cewe lo yang lo gituin…lo rusak!!! Lu bilang tanda sayang, putus juga kan? Biar SELAMANYA CINTA KITA TETAP ABADI GITU…? HELLOOO LIAT YANG BENING JUGA LANGSUNG LOS TUH MATA! #‎ALAY!! hah helooo….lo bilang itu tanda sayang….engga gitu keles bang…engga harus ambil keperawanannya….kasian bang wooy? Coba melek woy coba anak lo yang digituin jangan anak lo deh….adek lo aja-, coba sih engga kasian apa sma anak orang!! Gue aja ngeliatnya kasian gak punya otak etikaaaaa-. Engga ngeliat ke depannya seperti apa dan akhirnya lo apaaaa hah…!!
#‎FRONTAL SORRY!! RASA KECEWA!! BUAT LO CEWE JANGAN MAU KEMAKAN OMONGAN PARA PK!
Putus*putus sekalian kalo harus DIMINTA PERAWAN LO? JANGAN BEGO*BEGO AMAT JODOH ENGGA BAKAL KEMANA!! #‎gaksukajgnbacot!”
Tulisan di atas merupakan teriakan, curhat dan kemarahan yang sangat mendalam dari seorang murid SMP perempuan, yang tak bisa ia ceritakan pada orang tuanya atau guru. Barangkali ia baru mendengar curhat dari teman perempuannya yang habis disenggamai oleh teman sekolahnya yang tak bertanggung jawab. Atau barangkali justru dia sendiri yang baru saja jadi korban laki-laki seusianya, yang disebutnya sebagai PK (Penjahat Kelamin). Saking putus asanya menghadapi banyaknya anak laki-laki PK ini, ia sampai menyarankan agar pergi saja ke lokalisasi r**** untuk melampiaskan hasrat seksnya, dari pada merusak keperawanan mereka. Ia pun menyadari bahwa teman laki-lakinya itu pasti tidak punya uang untuk membayar pekerja seks, makanya ia melampiaskannya pada teman sekelas.
Tidak heran. Sambil menulis postingan ini, saya baru saja menerima link video mesum murid SMP, yang jauuuuh…. lebih serem dibanding video mesum yang baru-baru ini jadi berita. Di situ terlihat anak laki-laki SMP yang sangat agresif meminta pasangan perempuannya untuk melakukan seks oral, disambung dengan seks vaginal, dan lanjut dengan seks oral lagi….. Si anak perempuan mula-mula diminta mengoral penis si laki-laki….sambil ia terlihat risih dan jijik ia melakukannya. Kemudian si laki-laki meminta memasukkan penis ke vaginanya, untuk waktu yang cukup lama, lalu ketika ia merasa sudah hampir keluar, ia mencabut penisnya dan meminta si perempuan mengoral….sampai si perempuan hoeeekk…hoeeekk…muntah-muntah…. (persis seperti urutan di film bokep). Mereka melakukannya di ruangan sekolah, sambil sesekali mengintip melalui jendela untuk melihat situasi. Ya, mereka melakukannya sambil berdiri!! (Anda tahu, anak-anak sekolah itu sering bilang pada saya, memangnya melakukannya selalu harus tiduran? Khan sambil berdiri juga bisa, mbak?!!). Anda bisa pecah kepala kalau melihat video itu… Bayangkan, anak SMP, lho!
Kita pikir anak-anak seusia itu belum tahu apa-apa tentang seks?? Aduuuh, Bapak-bapak, Ibu-ibu, jangan sediihhh….mereka justru tahu terlalu banyak tentang seksualitas, terlalu banyak berfantasi tentang perilaku seksual yang liar, dan celakanya, mereka tahu yang salah, dan dengan cara yang salah, dan seringkali melakukannya dengan salah, tanpa minta ijin dulu kepada Anda….
Tapi, bagaimana tidak? Ketika ditanya apakah mereka bisa bercerita atau bertanya kepada orangtua, jelas jawabannya TIDAK BISA. Apa kamu bisa curhat kepada ortu soal pacar, TIDAK BISA. Sebaliknya, jika ditanya, apakah takut Tuhan, jawabannya IYA. Apakah rajin ibadah, IYA. Apakah takut dosa? IYA. Apakah pernah sembunyi-sembunyi nonton bokep, IYA. Jadi, menurut loooo…???
Seperti biasa, ketika berdiskusi dan memberi penyuluhan, biasanya anak-anak itu banyak bertanya dan sekaligus bercerita tentang perilaku mereka sehari-hari, dengan sangat terbuka. Jadi saya tahu persis apa yang terjadi di antara mereka, dan bagaimana perilaku seks mereka sebenarnya, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling berisiko. Tentu saja mereka tidak akan bercerita kepada orangtuanya, karena sudah pasti orangtua tidak bisa dijadikan tempat bertanya atau bercerita.
Di kalangan pelajar kelas 7 – 9 pun, saya sudah mendapat data dan fakta, baik dari kuesioner maupun dari dialog di kelas, bagaimana sebagian besar murid laki-laki di usia SMP sudah pernah menonton bokep (video porno), sebagian besar sudah berciuman dengan pacar, dan sebagian kecil pernah menyatakan bahwa temannya sekelas sudah ada yang ML (Making Love/bersanggama).
Anda bisa terkaget-kaget kalau mendengar saya sedang penyuluhan di sekolah dan meminta mereka bercerita tentang perilaku seks. Rasanya hampir tak percaya, bagaimana mungkin anak-anak yang dalam pandangan kita masih imut-imut dan tidak tahu apa-apa tentang seksualitas, bisa menyimpan pertanyaan yang cetar membahana seperti: “Bagaimana rasanya berhubungan seks?”, “Apa benar hubungan seks itu bisa untuk obat sakit kepala?”, “Apa ciri-cirinya cewek yang udah nggak perawan?”
Sayangnya, cara pandang budaya kita selalu melihat sebelah mata dan cenderung menunjuk perempuan sebagai biang keladi kejahatan seksual. Kita tidak pernah memperhitungkan peran laki-laki dalam tindakan/ perilaku seksual.
Merujuk pada pesan Broadcast Message di atas, lihatlah bagaiman sulitnya anak-anak perempuan ini menjaga diri dari keliaran serangan anak laki-laki seumurannya.
Kita selalu menuding (anak) perempuan lah yang genit, gatal, suka liar, menggoda laki-laki, suka keluar malam, padahal dari apa yang ditulis anak perempuan ini jelas terlihat, bagaimana sulitnya (anak) perempuan menjaga diri dari kelakuan (anak) laki-laki yang sejak SMP saja sudah sangat brutal perilaku seksnya. Jelas dia menunjuk pada istilah PK (Penjahat Kelamin) yang banyak terdapat di sekitarnya, bahkan ia sendiri sudah mejadi korban PK itu.
Banyak anak-anak perempuan kelas 7 (kelas I SMP) yang bertanya kepada saya, bagaimana caranya menghadapi cowok yang PK. Sementara anak kelas 7 SMP sering bertanya, apa ciri2 cewek perawan, atau mengapa ketika ia memeriksa pacarnya kok sudah tidak perawan? Ada lagi yang bertanya, berarti kalau dengan PSK kita boleh melakukan apa saja, toh kita bayar, jadi boleh, donk, melakukan apa saja kepada dia. Bayangkan, anak SMP kelas I ngomong begitu…???
Jangan kata pertanyaan soal onani. Itu pertanyaan yang sangat dominan di setiap kelas anak laki2. Bahkan sebagian besar lebih dari 80 persen anak laki2 SMP sudah pernah menonton bokep. Sebagian besar sudah pernah ciuman dengan pacarnya. Sebagian juga menceritakan tahu bahwa ada temannya yang sudah ML. Anak SMP, lhooooooo….. Bagaimana nanti kalau sudah SMA, sudah kuliah, sudah bekerja…hadeuuuuhh…..
Sebaliknya, di kelas anak perempuan, seperti sudah diduga, kebanyakan mereka pasif, lugu, bodoh, cenderung tidak tahu apa-apa, sesuai dengan harapan masyarakat agar perempuan menampakkan dirinya suci dan lugu, pasif, tidak usah tahu atau tidak boleh tahu tentang seks. Berbanding terbalik dengan laki laki yang diharpakan masyarakat agar aktif, agresif soal seks dan tidak diberi sanksi sosial jika melakukan hubungan seks baik sebelum menikah, atau membeli jasa seks, atau melakukan hubungan seks di luar pernikahan.
Anak perempuan dengan kebodohannya tidak paham modus-modus serangan anak laki-laki. Kondisi kebodohan ini membuat mereka sangat rentan menjadi korban kejahatan seksual dari laki-laki sebayanya. Dan orangtua, di mana kita…? Apakah kita bisa menjadi tempat bertanya dan bertukar pikiran dengan bocah-bocah ini tentang seksualitas? Apakah rasa risih, malu dan takut berkomunikasi membuat Anda secara diam-diam menjerumuskan anak Anda pada perilaku Orangtua, apakah kita tahu apa yang sedang terjadi pada anak-anak kita...??”
Jujur, saya tak tega membaca postingan panjang dari mbak Baby di atas. Tetapi, saya tak kuasa memungkiri kenyataan bahwa apa yang dituturkan oleh mbak Baby adalah realitas sosial anak-anak saat ini.  Mereka – anak-anak itu – memiliki pengetahuan tentang seks yang melampaui usianya, terutama anak laki-laki. Realitas sosial ini tak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga merambah di kota-kota kecil di Indonesia.
Dalam salah-satu komentar atas postingan mbak Baby di atas, ada testimoni menarik sekaligus tragis dari seorang guru PAUD di Kalimantan dengan nama akun Bunda Herlina. Merespon postingan mbak Baby, Bunda Herlina memberi komentar testimoni panjang sebagai berikut :
 “Mbak baby, saya ada satu kasus yg mungkin bisa jadi suatu pelajaran buat para org tua. Baru 4 bln saya mendpt tugas mengajar disebuah PAUD.Usia mereka 3-4 tahun. Ada suatu kejadian yg sangat mengejutkan saya. Ada 12 org anak yg saya pegang dlm satu kls. Suatu hari seorang siswi (sbt aja A) menangis karena katanya dicium keras2 oleh seorang siswa (sebut saja B ). sbg guru saya berusaha mendiamkan dan mengajak si B meminta maaf pd si A. Dan dia melakukannya. Saya pikir masalah ini sdh selesai. Dua hari kemudian pd jam sentra. Olahraga. Seperti biasanya setelah olahrg saya mengajak anak2 utk tidur2 di lantai. Sbg cara istirahat . Sambil memerintahkan mereka pura2 tiidur dan saya menyanyikan lagu nina bobo.tiba2 seorang anak berkata ingin pipis(b.a.k) dan saya mengantar sampai toilet.tdk jauh. Hanya 6 langkah dari pintu kls. Tidak sampai 10 mnt. Saat saya kembali si A menangis keras sekali . Saat saya tanya, anak2 yg lain yg menjawab" sia A dinaiki si B terus dicium2." Astagfirullah haladzim." Saya kaget sekali. saya tanya si B KENAPA ? Dia hanya diam dgn muka yg sedikit takut. Setelah berhasil mendiamkan si A,saya memanggil si B ke kantor sementara anak lain istirahat. Ini sedikit percakapan kami. "Sayang..bunda mau tanya ya? Dia mengangguk. Kenapa tadi begitu sama teman? Kasian kan,emangnya teman salah apa? Dia mengangguk. Kalau nggak ada salah ,terus kenapa di gituin? Bunda...papi ama mami klo malam juga begitu. Cium2 terus main kuda2an." Astagfirullah ! Aku seperti di sambar petir. Dan saya tanya lagi" ade liat semua itu? Dia mengangguk..mami ama papi tau nggak ade liat? "Tau. Sambil mengangguk. Terus nggak marah? "Nggak. Ya Allah..kenapa begini? Lalu aku menasehati." Ade, itu nggak boleh dilihat ya sayang.. Itu cuma utk orang dewasa.. Dia hanya mengangguk. Jangan nakal lg sama kawan ya sayang. Kan kita harus sayang sama semuanya.". Lalu saya mengijinkan dia jg utk istirahat makan. Saya hanya dapt menarik nafas panjang dan bingung . bisa bantu saya mencari solusinya? Kenapa semua ini bisa terjadi? Apa yg sebaiknya dilakukan? Bagaimana prosfek ke depan bg perkembangan jiwa si anak ?”
Dialog antara Risma dengan seorang pelacur di atas, yang kemudian diikuti postingan panjang dari seorang pakar psikologi seksual serta komentar berisi testimoni seorang guru PAUD menunjukkan bahwa ada persoalan serius di masyarakat kita, terutama yang menimpa anak-anak. Masyarakat kita seolah kehilangan kontrol dan pengendalian sosial atas penyimpangan perilaku seksual yang didemonstrasikan anak-anak. Terdapat kesenjangan sosial yang cukup jauh antara orang tua dengan anak-anaknya dan antara guru dengan anak-didiknya. Orang tua dan guru terlampau sibuk dengan dunianya sendiri sehingga abai dengan anak-anak yang menjadi harapan bangsa. Anak-anak usia PAUD, SD, dan SMP yang seharusnya memenuhi hari-hari dengan belajar dan bermain, ternyata telah “kerasukan” seks tanpa kita sadari. Imajinasi seks anak-anak itu sangat liar dan mengerikan.
Di samping itu, internet merupakan media yang menjadi piranti bagi para anak-anak ABG untuk mendapat informasi tentang seks. Situs-situs yang berisi film atau konten pornografi bertebaran di Internet. Menurut rilis majalah yang berbasis di Kanada, One Minute, bahwa di tahun 2013 jumlah situs porno di dunia telah mencapai 10,3 Juta buah. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 14,9 juta buah. Meskipun menurun, jumlah 10,3 juta adalah angka yang sangat fantastis, terutama jika situs-situs porno itu diakses oleh anak-anak kecil tanpa pengawasan.
Data data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kompas, 15 Maret 2012), sejak tahun 2005, Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Tahun 2005, Indonesia berada di posisi ketujuh, tahun 2007 di posisi kelima, dan tahun 2009 di posisi ketiga. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengguna internet yang kini mencapai 55,2 juta orang. Dan, pengakses utama internet di Indonesia adalah kalangan anak-anak, remaja,dan kaum muda.
Dari sini, kita melihat bahwa revolusi tekhnologi informasi ternyata berimplikasi pada terbukanya kotak Pandora tanpa sanggup dibendung ekses negatifnya. Untuk konteks Indonesia, tekhnologi informasi sebagai modal utama masyarakat komunikasi gagal dimanfaatkan secara cerdas untuk menyemai pengetahuan progresif. Alih-alih berfungsi sebagai alat pencedasan, tekhnologi informasi malah berfungsi menjadi alat untuk melakukan genosida kebudayaan.
Sosiolog Universitas Brawijaya dan pegiat sosial.untuk Perubahan Progresif.
(http://www.siperubahan.com/)