
Tel Aviv – Israel mengumumkan rencana barunya untuk membangun 2.500 rumah di Yudea dan Samaria, Tepi Barat. Keinginan Israel ini mendapat dukungan langsung dari Gedung Putih.
Diberitakan Reuters, Israel mengumumkan rencana baru tersebut pada Selasa (24/01). Pengumuman itu merupakan yang kedua kalinya pasca dilantiknya Presiden AS Donald Trump.
Trump juga sudah berbicara langsung melalui telephon dengan Netanyahu pada Ahad lalu soal hubungan kedua negara. Rencananya, pembicaraan lebih intensif akan dilakukan saat Netanyahu berkunjung ke Washington bulan depan.
Pengumuman itu dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Israel, otoritas yang menangani tanah okupasi Israel sejak perang tahun 1967 dan telah direstui oleh PM Netanyahu. Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman berdalih keputusan tersebut bertujuan untuk memenuhi permintaan atas perumahan baru “demi mempertahankan kehidupan biasa sehari-hari”.
“Saya sangat setuju dengan rencana Menteri Pertahanan untuk membangun2.500 rumah baru di Yudea dan Samaria (Tepi Barat). Kami sedang membangun dan akan terus membangun,” tulis Netanyahu di akun Twitternya.
Di hari yang sama, meski secara langsung tidak menanggapi rencana baru Israel tersebut, Jubir Gedung Putih Sean Spicer secara terbuka mengatakan kepada media bahwa, Israel terus menjadi sekutu utama AS dan ingin tumbuh lebih dekat dengan Israel. “Kami akan mengadakan pembicaraan dengan PM Israel,” katanya.
Pengumuman itu lantas menjadi perhatian serius Palestina. Juru bicara Kepresidenan Nabil Abu Rdainah mengutuk pernyataan Israel tersebut. Menurutnya tindakan Israel tersebut berdampak besar. Mengingat Tepi Barat dan Yerusalem Timur adalah rumah bagi lebih dari 2,6 juta penduduk Palestina.
“Rencana itu akan menghambat segala upaya untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas. Justru (rencana itu) akan memperkuat ekstremisme dan terorisme serta akan menghalangi segala upaya menuju perdamaian dan kemanan,” jelasnya.
Sejauh ini, sekitar 350.000 pemukim menetap di Tepi Barat dan 200.000 pemukim lagi tinggal di Jerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Di luar blok utama, yang sebagian besar adalah dekat perbatasan dengan Israel, ada lebih dari 100 pos pemukiman yang tersebar di seluruh puncak bukit di Tepi Barat.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Sumber: Reuters
“Rencana itu akan menghambat segala upaya untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas. Justru (rencana itu) akan memperkuat ekstremisme dan terorisme serta akan menghalangi segala upaya menuju perdamaian dan kemanan,” jelasnya.
Sejauh ini, sekitar 350.000 pemukim menetap di Tepi Barat dan 200.000 pemukim lagi tinggal di Jerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Di luar blok utama, yang sebagian besar adalah dekat perbatasan dengan Israel, ada lebih dari 100 pos pemukiman yang tersebar di seluruh puncak bukit di Tepi Barat.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Sumber: Reuters